BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam praktik kebidanan, pemberian asuhan kebidanan yang
berkualitas sangat dibutuhkan. Kualitas kebidanan ditentukan dengan cara bidan
membina hubungan, baik sesama rekan sejawat ataupun dengan klien serta
keluarganya.
Upaya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan juga
ditentukan oleh keterampilan bidan untuk berkomunikasi secara efektif dan
melakukan konseling yang baik kepada klien. Karena melalui komunikasi yang
efektif serta konseling yang berhasil, kelangsungan dan kesinambungan
penggunaan jasa pelayanan bidan untuk kesehatan wanita selama siklus
kehidupan akan tercapai.
Konseling kebidanan adalah suatu proses pembelajaran,
pembinaan hubungan baik, pemberian bantuan, dan bentuk kerja sama yang dilakukan
secara professional (sesuai dengan bidangnya) oleh bidan kepada klien
untuk memecahkan masalah, mengatasi hambatan perkembangan, dan memenuhi
kebutuhan klien.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana strategi seorang bidan
membantu klien dalam mengambil keputusan?
2.
Apa saja faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan?
3.
Apa saja tipe pengambilan keputusan?
4.
Bagaimana cara kita memberikan
informasi yang efektif?
5.
Apa saja jenis-jenis keputusan yang
dapat diambil oleh klien?
6.
Jelaskan saat-saat sulit dalam
penerapan KIP/K!
7.
Apa saja elemen-elemen dasar
pengambilan keputusan?
8.
Bagaimana kesulitan-kesulitan saat
konseling?
9.
Bagaimana upaya untuk mengatasi
kesulitan pengambilan keputusan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui strategi seorang
bidan membantu klien dalam mengambil keputusan
2.
Untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
3.
Untuk mengetahui tipe pengambilan
keputusan
4.
Untuk mengetahui cara memberikan
informasi yang efektif pada klien
5.
Untuk mengetahui jenis-jenis
keputusan yang dapat diambil oleh klien
6.
Untuk mengetahui saat-saat sulit
dalam penerapan KIP/K
7.
Untuk mengetahui elemen-elemen dasar
pengambilan keputusan
8.
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan
saat memberikan konseling
9.
Untuk mengetahui upaya untuk
mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.
D.
Manfaat Penulisan
1.
Dapat mengetahui strategi seorang
bidan membantu klien dalam mengambil keputusan
2.
Dapat mengetahui faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan
3.
Dapat mengetahui tipe pengambilan
keputusan
4.
Dapat mengetahui cara
memberikan informasi yang efektif pada klien
5.
Dapat mengetahui jenis-jenis
keputusan yang dapat diambil oleh klien
6.
Dapat mengetahui saat-saat sulit
dalam penerapan KIP/K
7.
Dapat mengetahui elemen-elemen dasar
pengambilan keputusan
8.
Dapat mengetahui kesulitan-kesulitan
saat memberikan konseling
9.
Dapat mengetahui upaya untuk
mengatasi kesulitan pengambilan keputusan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Strategi
Membantu Klien Dalam Pengambilan Keputusan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting
bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang
berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak
diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien
tepat.
Empat strategi membantu klien dalam mengambil keputusan :
1.
Membantu klien meninjau kemungkinan pilihannya.beri
kesempatan klien untuk melihat lagi beberapa alternative pilihannya, agar tidak
menyesal atau kecewa terhadap pilihannya.
2.
Membantu klien dalam
mempertimbangkan keputusan pilihan, dengan melihat kembali keuntungan atau
konsekuensi positif dan kerugiannya atau konsekuensi negative.
3.
Membantu klien mengevaluasi pilihan.
Setelah klien menetapkan pilihan, bantu klien mencermati pilihannya.
4.
Membantu klien menyusun rencana
kerja, untuk menyelesaikan masalahnya.
B.
Teori
Pengambilan Keputusan
Pola dasar berpikir dalam konteks organisasi meliputi:
1.
Penilaian situasi (Situational
Approach): untuk menghadapi pertanyaan “apa yg terjadi?”.
2.
Analisis persoalan (Problem
Analysis): dari pola pikir sebab-akibat.
3.
Analisis keputusan (Decision
Analysis): didasarkan pada pola berpikir mengambil pilihan.
4.
Analisis persoalan potensial
(Potential Problem Analysis): didasarkan pada perhatian peristiwa masa depan,
yang mungkin & dapat terjadi.
C.
Inti
Pengambilan Keputusan
Berarti memilih alternatif, alternatif yg terbaik (the best
alternative). Pengambilan keputusan terletak dlm perumusan berbagai alternatif
tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian & dalam pemilihan
alternatif yang tepat. Pengambilan keputusan tersebut dilakukan setelah
evaluasi/ penilaian mengenai efektifitasnya dlm mencapai tujuan yang
dikehendaki pengambil keputusan.
Lingkungan Situasi Keputusan
Lingkungan eksternal meliputi aspek sosial, budaya, ekonomi,
politik, alam dan pembatasan-pembatasan suatu negara berupa “quota”. Sedangkan
lingkungan internal meliputi mutu rendah, kurangnya promosi, pelayanan konsumen
tidak memuaskan dan sales/ agen tidak bergairah.
D.
Pengambilan
keputusan yang baik harus mempertimbangkan :
1.
kondisi
2.
kehendak
3.
konsekuensinya
Langkah dalam pengambilan
keputusan yang baik :
a.
Identifikasi kondisi yang dihadapi
oleh klien.
b.
Susunlah daftar kehendak atau
pilihan keputusan.
c.
Untuk setiap pilihan, buatlah daftar
konsekuensinya (POSITIF dan NEGATIF)
E.
Hal-hal
yang perlu ditekankan kepada klien dalam pengambilan keputusan.
1.
Hati-hati dan bersikap bijaksana
dalam pengambilan keputusan karena berkaitan dengan masalah kehamilan,
persalinan dan masa nifas. Pengambilan keputusan dibuat setelah klien diberi
informasi secukupnya untuk menimbang pilihan sesuai dengan situasinya.
2.
Bantu klien dalam pengambilan
keputusan dengan memberikan saran yang sesuai dengan riwayat kesehatannya,
keinginan pribadi dan situasi.
3.
Keputusan merupakan hak dan menjadi
tanggung jawab klien.
4.
Konseling bukan proses informasi, melainkan
informasi setelah konselor memperoleh data atau informasi tentang keadaan dan
kebutuhan klien dan informasi yang diberikan sesuai dengan kondisi klien dan
kebutuhannya.
F.
Faktor
Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1.
Fisik
Pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan fisik (tidak
berat dan tidak memforsir tenaga).
Menghindari tingkah laku yg menimbulkan ketidaksenangan dan
memilih tingkah laku yg menimbulkan kesenangan.
2.
Emosional
Biasa terjadi pada kaum perempuan.
Sikap subjektivitas akan mempengaruhi keputusan yang
diambil.
3.
Rasional
Biasa didasarkan pada pengetahuan (orang terpelajar dan
intelektual).
Orang mendapat informasi, memahami situasi dan berbagai
konsekuensinya.
4.
Praktikal
Didasarkan kepada keterampilan individu dan kemampuan
melaksanakannya (untuk menilai potensi diri dan kepercayaan diri)
5.
Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan social.
Hubungan antara satu orang dan orang lain mempengaruhi
tindakan individu.
6.
Struktural
Didasarkan pada lingkup social, ekonomi dan politik.
Lingkungan bisa mendukung maupun mengkritik.
G.
Tipe
Pengambilan Keputusan
( Saraswati I, Tarigan L.H, 2008)
1.
Pengambilan keputusan untuk tidak
berbuat apa-apa karena ketidaksanggupan atau merasa tidak sanggup.
2.
Pengambilan keputusan intuitif,
sifatnya segera, langsung diputuskan, karena keputusan tersebut dirasakan
paling tepat.
3.
Pengambilan keputusan yang terpaksa,
karena segera dilaksanakan.
4.
Pengambilan keputusan yang reaktif.
Sering kali dilakukan dalam situasi marah dan tergesa-gesa.
5.
Pengambilan keputusan yang
ditangguhkan, dialihkan pada orang lain yang bertanggung jawab.
6.
Pengambilan keputusan secara
berhati-hati, dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai pilihan.
H.
Pemberian informasi efektif
Pemberian informasi efektif bila:
1.
Informasi yg diberikan spesifik,
dapat membantu klien dalam mengambil keputusan.
2.
Informasi disesuaikan dengan situasi
klien, dan mudah dimengerti.
3.
Diberikan dengan memperhatikan
hal-hal berikut :
a. Singkat dan tepat
(pilih hal-hal penting yg perlu diingat klien)
b. Menggunakan bahasa
sederhana
c. Gunakan alat bantu
visual sewaktu menjelaskan
d. Beri kesempatan klien
bertanya dan minta klien mengulang hal-hal penting.
Tiga langkah dasar dalam memberikan nasihat atau penyuluhan
pada klien:
1.
memberi penjelasan, misalnya cara
memberi salep mata, mengeringkan telinga, mengobati luka di mulut, menyiapkan
larutan oralit, atau melegakan tenggorok.
2.
Memberi contoh, misalnya cara
memegang anak pada saat di beri salep mata, menyiapkan sumbu untuk
mengeringfkan telinga, cara mencampur satu bungkus oralit dalam air yang benar,
cara membubuhi gention violet di mulut anak, cara melegakan tenggorok dengan
bahan atau obat yang aman dan dapat dibuat sendiri di rumah.
3.
Memberi kesempatan untuk
mempraktikan, misalnya cara membubuhi salep pada mata bayi, mencampur dan
melarutkan oralit, memberi dosis pertama anti biotic
I.
Jenis-jenis Keputusan
Jenis-jenis keputusan diklasifikasikan dalam 2 kategori,
yaitu keputusan yang direncanakan/ diprogram dan keputusan yang tidak
direncanakan/ tidak terprogram.
1.
Keputusan yang diprogram
Keputusan yang diprogram merupakan keputusan yang bersifat
rutin dan dilakukan secara berulang-ulang sehingga dapat dikembangkan suatu
prosedur tertentu.
Keputusan yang diprogram terjadi jika permasalahan
terstruktur dengan baik dan orang-orang tahu bagaimana mencapainya.
Permasalahan ini umumnya agak sederhana dan solusinya relatif mudah. Di
perguruan tinggi keputusan yang diprogram misalnya keputusan tentang
pembimbingan KRS, penyelenggaraan Ujian Akhir Semester, pelaksanaan wisuda, dan
lain sebagainya (Gitosudarmo, 1997).
2.
Keputusan yang tidak diprogram
Keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan baru, tidak
terstrutur dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Tidak dapat dikembangkan
prosedur tertentu untuk menangani suatu masalah, apakah karena permasalahannya
belum pernah terjadi atau karena permasalahannya sangat kompleks dan penting.
Keputusan yang tidak diprogram dan tidak terstruktur dengan baik, apakah karena
kondisi saat itu tidak jelas,metode untuk mencapai hasil yang diingankan tidak
diketahui,atau adanya ketidaksamaan tentang hasil yang diinginkan
(Wijono,1999).
Keputusan yang tidak diprogram memerlukan penanganan yang
khusus dan proses pemecahan masalah dengan intuisi dan kreatifitas. Tehnik
pengambilan keputusan kelompok biasanya dilakukan untuk keputusan yang tidak
diprogram. Hal ini disebabkan oleh karena keputusan yang tidak diprogram
biasanya bersifat unik dan kompleks, dan tanpa kriteria yang jelas, dan umumnya
dilingkari oleh kontroversi dan manuver politik (Wijono, 1999). Gillies (1996),
menyebutkan bahwa keputusan yang tidak diprogram adalah keputusan kreatif yang
tidak tersusun, bersifat baru, dan dibuat untuk menangani suatu situasi dimana
strategi/ prosedur yang ditetapkan belum dikembangkan.
J.
Tujuan
analisis keputusan (Decision Analysis):
Mengidentifikasi apa yg harus dikerjakan, mengembangkan
kriteria khusus untuk mencapai tujuan, mengevaluasi alternatif yg tersedia yg
berhubungan dg kriteria & mengidentifikasi risiko yg melekat pd keputusan
tsb.
Keputusan dalam Uncertainty (ketidakpastian)
Pengambilan keputusan dalam ketidakpastian menunjukkan
suasana keputusan dimana probabilitas hasil-hasil potensial tidak diketahui
(tak diperkirakan). Dalam suasana ketidakpastian pengambil keputusan sadar akan
hasil-hasil alternatif dalam bermacam-macam peristiwa, namun pengambil
keputusan tidak dapat menetapkan probabilitas peristiwa.
Keputusan dalam situasi risk (dengan probability):
Tahap-tahap: Diawali dengan mengidentifikasikan
bermacam-macam tindakan yang tersedia dan layak; Peristiwa-peristiwa yang
mungkin dan probabilitas terjadinya harus dapat diduga dan Pay off untuk suatu
tindakan dan peristiwa tertentu ditentukan.Persoalan inventori sederhana dalam
keadaan ada resiko,Kriteria nilai harapan (expected value) yang telah digunakan
di atas juga diterapkan untuk memecahkan persoalan inventori sederhana.
Pengambilan keputusan dalam suasana konflik (game theory):
Adalah memusatkan analisis keputusan dalam suasana konflik
dimana pengambil keputusan menghadapi berbagai peristiwa yang aktif untuk
bersaing dengan pengambil keputusan lainnya, yang rasional, tanggap dan
bertujuan memenangkan persaingan/ kompetisi.
K.
Jenis-Jenis
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan karena ketidak sanggupan: memberikan kajian berlalu, tanpa berbuat
apa-apa.
Pengambilan
keputusan intuitif bersifat segera, terasa sebagai keputusan yang paling tepat
dalam langsung diputuskan.
Pengambilan
keputusan yang terpaksa, karena sudah kritis: sesuatu yang harus segera
dilaksanakan.
Pengambilan
keputusan yang reaktif: ”kamu telah melakukan· hal itu untuk saya, karenanya saya akan melakukan itu
untukmu” sering kali dilakukan dalam situasi marah atau tergesa-gesa.
Pengambilan
keputusan yang ditangguhkan: dialihkan pada orang lain, memberikan orang lain
yang bertanggung jawab
Pengambilan
keputusan secara berhati-hati: dipikirkan baik-baik, mempertimbangkan berbagai
pilihan
L.
Elemen-Elemen
Dasar Pengambilan Keputusan
Menetapkan tujuan
Pengambilan keputusan harus memiliki tujuan yang akan
mengarahkan tujuannya, apakah spesifik dapat diukur hasilnya ataupun sasaran
bersifat umum. Tanpa penetapan tujuan, pengambil keputusan tidak bisa menilai
alternatif atau memilih suatu tindakan. Keputusan pada tingkat individu, tujuan
ditentukan oleh masing-masing orang sesuai dengan sistem nilai seseorang. Pada
tingkat kelompok dan organisasi, tujuan ditentukan oleh pusat kekuasaan melalui
diskusi kelompok, konsensus bersama, pembentukan kualisi dan berbagai macam
proses yang mempengaruhi. Ditambahkan oleh Wijono, bahwa tujuan harus dibagi
menurut pentingnya, ada tujuan yang bersifat harus atau tidak bisa ditawar, dan
ada tujuan yang bersifat keinginan, yang mana masih bisa ditawar.
Mengidentifikasi permasalahan
Proses pengambilan keputusan umumnya dimulai setelah
permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya
ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Permasalahan dalam organisasi dapat berupa rendahnya produktivitas, adanya
konflik disfungsional, biaya operasional yang terlalu tinggi, pelayanan tidak
memuaskan klien, dan lain-lain. Pengambilan keputusan yang efektif memerlukan
adanya identifikasi yang tepat atas penyebab permasalahan. Jika penyebab
timbulnya permasalahan tidak dapat diidentifikasi dengan tepat, maka
permasalahannya yang ada tidak dapat diselesaikan dengan baik. Ada tiga
kesalahan yang sering terjadi dalam mengidentifikasi permasalahan, yaitu mengabaikan
permasalahan yang ada, pemusatan perhatian pada gejala dan bukan pada penybab
permasalahan yang sebenarnya, serta melindungi diri karena informasi dianggap
mengancan harga diri.
Mengembangkan sejumlah alternatif
Setelah permasalahan diidentifikasi, kemudian dikembangkan
serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan. Organisasi harus
mengkaji berbagai informasi baik intern maupun ekstern untuk mengembangkan
serangkaian alternatif yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi.
Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan seseorang menolak untuk membuat
keputusan yang terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan
yang efektif. Proses pengambilan keputusan yang rasional mengharuskan pengambil
keputusan untuk mengkaji semua alternatif pemecahan masalah yang potensial.
Akan tetapi dalam kenyataannya seringkali terjadi bahwa proses pencarian
alternatif pemecahan masalah seringkali terbatas.
Penilaian dan pemilihan alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian
dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan
dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan
dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan
atau keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran
atau tujuan yang hendak dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi
merupakan model yang baik untuk menilai berbagai alternatif yang telah
dikembangkan.
Melaksanakan
keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih,
maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah
jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun mengalami
kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan
keputusan yang diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari
pimpinan akan tetapi komitmen dari bawahan untuk melaksanakannya juga memegang
peranan yang penting (Gillies, 1996; Gitosudarmo, 1997). Dalam mengevaluasi dan
memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan kemungkinan
penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila
keputusan tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil
keputusan membuat keputusan berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya
sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya (Gitosudarmo, 1997).
Evaluasi dan pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak
dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai.
Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang
diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah
diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai keberhasilan keputusan
tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, dimana permasalahan masih
ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau
melakukan tindakan koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan
keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati, termasuk dalam penetapan
sasaran tujuan (Wijono, 1999; Gitosudarmo, 1997).
M. Saat-saat Sulit Dalam Penerapan KIP/K
1.
Diam
Makna “diam” (tidak bersuara) antara lain :
Penolakan atau kebingungan klien.
a.
Klien dan konselor telah mencapai
akhir suatu ide dan semata-mata ragu mengatakan apa selanjutnya.
b.
Kebingungan karena kecemasan atau
kebencian.
c.
Klien mengalami sakit dan tidak siap
untuk bicara.
d.
Klien mengharapkan sesuatu dari
konselor.
e.
Klien sedang memikirkan apa yang
dikatakan.
f.
Klien baru menyadari ucapannya dan
merupakan ekspresi emosional sebelumnya.
1.
Saat-saat
Sulit Dalam Penerapan KIP/K
2.
Klien tidak mau berbicara selama
beberapa waktu klien merasa cemas atau marah.
Bila terjadi di
awal pertemuan setelah beberapa saat konselor bisa mengatakan : “saya mengerti
hal ini sulit untuk dibicarakan, biasanya pada pertemuan pertama klien-klien
saya juga merasa begitu. Apakah ibu merasa cemas?”
Bila klien diam
karena marah konselor dapat berkata : “bagaimana perasaan ibu sekarang?”,
diikuti hening beberapa saat, pandang klien dan perlihatkan sikap tubuh yang
menunjukkan perhatian.
Bila diam di
tengah pertemuan konselor harus memperhatikan konteks pembicaraan dan menilai
mengapa hal ini terjadi. Lebih baik menunggu beberapa saat, beri kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan perasaan atau pikirannya, meskipun tidak
nyaman.
Bila klien diam
karena berfikir tidak perlu berusaha memecah kesunyian atau menunjukkan sikap
tidak menerima.
3.
Klien Menangis
Tenangkan klien
dengan menyentuh badan (menepuk-nepuk bahu atau memegang tangan klien) secara
hati-hati.
4.
Konselor meyakini bahwa tidak ada
pemecahan bagi masalah klien
Biasa terjadi
jika konselor tidak dapat memecahkan atau membantu menyelesaikan masalah
seperti harapan klien.
Misalnya pada kasus remaja putri yang ingin aborsi.
Konselor dapat
mengatakan pada klien bahwa dia akan selalumenyediakan waktu untuk klien
menghadapi saat-saat sulit meskipun konselor tidak dapat mengubah keadaan.
5.
Konselor melakukan kesalahan
Hal terpenting untuk menciptakan hubungan baik adalah jujur.
Mengakui bahwa konselor salah dan minta maaf adalah cara untuk menghargai
klien.
6.
Konselor tidak tahu jawaban dari
pertanyaan klien
Konselor dapat mengatakan bahwa ia tidak dapat menjawab
pertanyaan klien, tetapi akan berusaha mencari informasi tersebut untuk klien.
7.
Klien menolak bantuan konselor
Ditunjukkan dengan klien enggan bicara. Tekankan hal
positif, paling tidak klien telah datang dan berkenalan dengan konselor,
mungkin klien mau mempertimbangkan kembali. Sarankan untuk melakukan pertemuan
lanjutan.
8.
Klien merasa tidak nyaman dengan
jenis kelamin konselor
Konselor sebaiknya mengatasi dengan mengatakan : “ orang
kadang awalnya merasa lebih nyaman berbicara dengan seseorang yang sama jenis
kelaminnya, menurut pengalaman saya semakin lama hal itu semakin tidak penting
apabila kita semakin mengenal. Bagaimana kalau kita coba lanjutkan dan lihat
bagaimana nantinya.”. biasanya klien menerima, dan masalah ini hilang dengan
sendirinya bila konselor bersikap penuh perhatian, menghargai klien dan tidak
menilai klien.
9.
Waktu yang dimiliki konselor
terbatas.
Konselor memberikan informasi beberapa saat sebelum
pertemuan, meminta maaf, menjelaskan sebab keterbatasan waktunya, dan menunjukkan
konselor berharap bertemu klien pada pertemuan selanjutnya.
10. Konselor tidak menciptakan hubungan yang baik
Konselor meminta pendapat kepada teman sesame petugas klinik
untuk mengamati pertemuan dan melihat dimana letak kesulitannya, apakah ada
sikap klien yang membuat konselor merasa ditolak klien.
11. Klien dan konselor sudah saling mengenal
Konselor melayani seperti pada umumnya, tekankan bahwa
kerahasiaan akan tetap terjaga, jelaskan bahwa konselor akan bersikap sedikit
berbeda dengan sikap diluar konseling terhadap klien sebagai temannya.
12. Klien berbicara terus dan yg dibicarakan tidak sesuai topic
Potong pembicaraannya setelah beberapa saat bila klien terus
menerus mengulang pembicaraannya.
13. Klien bertanya tentang hal-hal pribadi konselor.
Nyatakan pada klien bahwa cerita konselor tentang dirinya
tidak akan membantu klien, oleh karena itu lebih baik tidak bercerita.
14. Konselor merasa dipermalukan dengan suatu topik pembicaraan.
Sebaiknya jujur kepada klien, terutama bila konselor
bereaksi secara emosional pada klien, karena klien akan mengamati hal itu.
15. Keadaan kritis
Komunikasikan dengan tegas tapi sopan keadaan darurat kepada
keluarga. Berikan penjelasan dengan singkat tapi jelas langkah-langkah yang
harus dilakukan bersama untuk mengatasi keadaan.
N.
Kesulitan Saat Konseling
Beberapa kesulitan tersembunyi yang disadari oleh konselor,
terutama konselor pemula. Antara lain :
1.
Berusaha terlalu banyak dan terlalu
dini
2.
Lebih banyak mengajar daripada
membina hubungan
3.
Penerimaan yang berlebihan
4.
Menampilkan masalah konseling pada
orang yang tidak berpengalaman.
5.
Kecenderungan untuk menampilkan
kepribadian konseling.
6.
Merenungkan setelah sesi yang sulit.
O.
Upaya
untuk mengatasi kesulitan
1.
Tiap individu memahami dirinya,
dengan memahami diri sendiri maka akan bisa mengatasi kesulitan-kesulitan bidan
sendiri.
2.
2.Untuk memperlancar komunikasi
siapkan materi, bahan, alat untuk mempermudah penerimaan klien.
3.
Menguasai ilmu komunikasi, sehingga
dapat melakukan konseling pada semua klien dengan bermacam karakter dan
keterbatasan mereka.
4.
Meletakkan kearifan sebagai dasar
kepribadian konselor aktif.
Kearifan merupakan satu perangkat cirri kognitif dan afektif
tertentu yg secara langsung pada ketrampilan dan pemahaman hidup.
Karakteristiknya meliputi :
a.
Aspek afektif dan kesadaran meliputi
empati, kepedulian, pengenalan rasa, deotomatisasi (menolak kecenderungan
kebiasaan, perilaku dan pola berfikir otomatik, menekankan kesadaran tindakan
dan pilihan yang bertanggungjawab).
b.
Aspek kognitif meliputi penalaran
dialetik (mengenal konteks, situasi, berorientasi pada perubahan yang
bermanfaat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kemampuan dalam mengambil keputusan adalah sangat penting
bagi klien untuk menyelesaikan masalah kegawatdaruratan terutama yang
berhubungan dengan kebidanan. Dalam konseling pengambilan keputusan mutlak
diambil oleh klien, bidan hanya membantu agar keputusan yang diambil klien
tepat. Oleh karena itu seorang bidan harus mampu memahami keadaan klien, sehingga
dalam pengambilan keputusan, klien bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk
dirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar